Angsa dengan
Telur Emas
Suatu hari
seorang Petani pergi ke kandang Angsa dan menemukan telur-telur kuning yang semuanya
berkilauan. Ketika ia mengambilnya, telur-telur itu begitu berat seperti logam
berwarna kuning dan ia akan membuangnya, karena ia berpikir seseorang sedang mempermainkannya.
Tapi dia segera membawanya pulang ketika dipikirkan kembali, dan segera dia menyadari
bahwa itu adalah telur dari emas murni.
Setiap pagi hal yang sama terjadi, dan dia segera menjadi kaya dengan menjual
telur-telurnya itu. Saat ia menjadi kaya dia menjadi serakah; dan dia berpikir
untuk mendapatkan sekaligus semua emas dari Angsa itu, dia membunuh dan membuka
perutnya yang ternyata tidak menemukan emas sedikitpun.
Buruh dan Burung
Bulbul
Buruh itu mendengarkan
lagu Burung Bulbul semalaman di musim panas.
Dia senang dengan nyanyian itu sehingga malam berikutnya dia mengatur jebakan untuk menangkapnya.
"Sekarang saya telah menangkap-mu, "serunya," engkau akan selalu
bernyanyi untuk saya. "
"Kami burung
bulbul tidak pernah bernyanyi di dalam sangkar." kata burung itu.
"Lalu aku
akan memakan engkau." kata Buruh tersebut. "Saya selalu mendengar
mengatakan bahwa burung bulbul di atas roti panggang adalah makanan yang sedap.
"
"Tidak, jangan
membunuhku," kata Bulbul, "tapi biarkan aku bebas, dan aku akan
memberitahu kepadamu tiga hal yang jauh lebih baik daripada nilai tubuh yang
miskin ini. " Buruh itu membiarkan dirinya lepas, dan dia terbang ke
cabang pohon dan berkata:
" Pertama; Jangan
pernah percaya janji seorang tawanan. Kemudian yang kedua: Jagalah sekecil apapun yang Anda
miliki. Dan nasihat ketiga adalah: Akhirnya tentu kekecewaan-lah yang akan muncul atas apa yang hilang
selamanya.”
Kemudian burung
penyanyi itu terbang menjauh.
Rubah, Ayam dan
Anjing
Suatu malam seekor
Rubah mengendap kearah kandang ayam dan melihat Ayam bertengger tinggi di luar
jangkauannya. " Kabar baik, kabar baik "teriaknya.
"Kenapa, apa
itu?" kata Ayam tersebut.
" Sang
Raja Rimba telah mengumumkan gencatan senjata secara universal. Tidak ada
binatang buas boleh melukai bangsa burung,
tetapi semua akan tinggal bersama dalam persaudaraan dan persahabatan. "
" Ya,
itu berita bagus," kata Ayam itu; " dan di sana aku melihat seseorang
datang, dengan siapa kita bisa berbagi kabar baik. " Dan Ayam itu menjulurkan
lehernya melihat ke kejauhan.
"Apa yang
kau lihat?" kata Rubah.
"Hanya Anjing
Penjaga yang datang ke arah kita. Apa yang menyebabkan Anda pergi begitu
cepat? " lanjutnya,
ketika Rubah mulai berpaling segera setelah ia mendengar berita itu. "Apakah
Anda tidak berhenti dan mengucapkan selamat pada pemerintahan perdamaian
universal kepadanya? "
"Saya
dengan senang hati akan melakukannya," kata Rubah sambil pergi menjauh, " tapi aku takut
dia mungkin belum mendengar keputusan Sang Raja Rimba. "
Kelicikan sering
mengecoh dirinya sendiri.
Angin dan
Matahari
Di pagi hari Angin
dan Matahari sedang bersengketa siapa yang lebih kuat. Tiba-tiba mereka melihat
seorang musafir turun ke jalan, dan Matahari berkata: "Aku melihat cara
untuk memutuskan sengketa kita, siapapun dari kita yang bisa menyebabkan musafir
itu melepas jubahnya dianggap sebagai yang
lebih kuat. Silahkan Anda mulai " Matahari-pun berlindung di balik awan, dan
Angin mulai bertiup keras kepada Musafir itu. Namun semakin
keras ia meniup, semakin erat Musafir itu membungkus dirinya dengan jubah itu, sampai akhirnya Angin harus
menyerah dengan kecewa. Kemudian Matahari keluar dan bersinar dengan kehangatannya diatas musafir itu, yang segera melepaskan jubahnya.
Kelembutan lebih berpengaruh
daripada kekerasan.
Pria tua, Anak
lelaki dan Keledai
Seorang Pria tua dan
Anak-lelakinya suatu ketika pergi bersama menuntun seekor Keledai ke pasar.
Ketika mereka berjalan bersama di sampingnya, seseorang berlalu dan berkata:
"Kau bodoh, mengapa Keledai tidak kalian naiki?"
Maka Pria itu menaruh
Anak Lelaki itu diatas Keledai dan mereka meneruskan perjalanannya. Tapi
segera mereka melewati sekelompok laki-laki, salah satunya berkata: "Lihat anak malas
itu, ia membiarkan ayahnya berjalan sementara dia menaiki Keledai. "
Maka Pria tua itu
memerintahkan Anak lelaki itu turun, dan dia sendiri yang menaiki Keledainya. Tapi
mereka belum pergi jauh ketika melewati dua orang perempuan, salah satunya
berkata kepada yang lain: "Memalukan sekali, orang udik malas itu membiarkan
anak-lelakinya berjalan disamping
Keledai. "
Nah, Pria tua itu
tidak tahu apa yang harus dilakukan, tapi akhirnya ia naikkan Anak itu
dibelakangnya. Pada saat ini mereka telah datang ke kota, dan orang yang lewat
mulai mengejek kepada mereka. Pria itu berhenti dan bertanya apa yang mereka
ejek. Para pria itu mengatakan: "Apakah kau
tidak malu pada dirimu sendiri membebani keledai kurus itu dengan dirimu dan
Anak gendut itu? "
Pria tua dan Anak
lelaki itu turun dan mencoba untuk berpikir apa yang harus dilakukan. Mereka berpikir
sampai akhirnya mereka memotong tiang, diikatnya kaki-kaki keledai itu, dan merekapun
mengangkat tiang itu di bahu mereka dengan keledai tergantung terbalik di tiang
itu. Merekapun pergi bersama di tengah tertawaan semua orang yang bertemu mereka
sampai mereka datang ke Jembatan Pasar. Keledai itu meronta ketika satu kakinya
agak longgar, sehingga terlepas dan jatuh tenggelam ke sungai.
"Itu akan
mengajarkan Anda," kata seorang pria tua yang telah mengikuti mereka:
" Sekali-kali
Anda tidak akan dapat mengikuti kehendak setiap orang. "
dongeng pelajaran aesop dari
Project Gutenberg Etext of Aesop's Fables
Tidak ada komentar:
Posting Komentar