Suatu ketika ada
seorang petani yang sangat saleh. Dia selalu bekerja keras di ladangnya dan selalu
sholat pada waktunya setiap hari.
Suatu hari ia melihat orang yang kesakitan berbaring di pinggir jalan. Dia membantunya dan membawanya pulang untuk merawatnya. Keesokan paginya ketika petani itu bangkit untuk sholat, dia membangunkan tamunya yang katanya tidak ingin ikut sholat.
Suatu hari ia melihat orang yang kesakitan berbaring di pinggir jalan. Dia membantunya dan membawanya pulang untuk merawatnya. Keesokan paginya ketika petani itu bangkit untuk sholat, dia membangunkan tamunya yang katanya tidak ingin ikut sholat.
Tamu itu mengatakan bahwa dia tidak bisa melihat Tuhan sehingga ia tidak mau beribadah kepada sesuatu yang ia tidak bisa lihat. Petani itu tidak mengatakan apa-apa.
Keesokan harinya
tamunya itu merasa lebih baik dan ingin pulang. Petani itu berjalan dengannya menyebrangi
ladang. Tiba-tiba mereka melihat jejak-jejak
kaki. Tamu itu mengatakan kepada petani bahwa itu tentu adalah jejak kaki harimau.
"Saya tidak
percaya itu!" Kata petani itu. "Saya tidak bisa melihat harimau itu di
sini! " Pria itu tampak terkejut
dan berkata "Apakah jejak-jejak kaki ini tidak cukup untuk memberitahu
Anda bahwa ada harimau di sini?"
Petani itu
berkata " Saudaraku yang terkasih ketika Anda melihat jejak-jejak kaki Anda
percaya bahwa ada harimau telah berlalu di tempat ini. Maka tidakkah adanya matahari,
bulan, bunga-bungaan dan pohon-pohonan cukup untuk membuat Anda percaya bahwa
ada sesatu yang menciptakan mereka? "
Pria itu berpikir
sejenak dan berkata "Anda benar. Kita tidak bisa melihat Tuhan dengan mata
kita tetapi kita dapat memahami dari tanda-tanda yang telah menunjukkan bahwa
Tuhan itu ada. " Oleh karena itu, dari diskusi, bukti-bukti dan cerita
diatas, kami yakin bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa itu ada.
Tetapi hanya
mengetahui adalah tidak cukup. Karena pengetahuan hanyalah sebuah gambaran
mental, merupakan suatu cerminan dari beberapa sifat interaksi bagi intelektual.
Bahkan ilmu agama, seperti pengetahuan dari teks kitab suci, bukan hal sakral
yang secara otomatis membedakan orang yang memiliki pengetahuan itu. Tidaklah perlu untuk segera bertindak berdasarkan
informasi itu. Sebaliknya, kita harus memungkinkan untuk memfermentasi dalam
jiwa hingga itu berubah menjadi iman yang berakar kuat. Hal ini kemudian akan
memicu keinginan yang kuat untuk bertindak.
Ada jurang besar
antara pengetahuan dan tindakan, celah yang tidak dapat diseberangi kecuali
dengan kepercayaan. Lihatlah bagaimana gigih beberapa orang dalam menentang
perintah-perintah akal dan karakter yang benar, apalagi hal-hal yang ditunjukkan secara jelas bagi
mereka seperti larangan-larangan agama. Mereka memiliki pengetahuan tetapi
tidak ada artinya bagi mereka. Sekarang, dengan bantuan kisah berikut kita akan
belajar bagaimana menempatkan iman kita kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan tegas,
dengan alasan kuat dan pemahaman penuh.
Nabi Muhammad
(SAW) pernah berjalan dengan teman-temannya ketika ia melihat seorang wanita tua
bekerja pada sebuah roda tenun. Sementara ia bekerja ia memuji Tuhan untuk semua
yang Dia telah berikan.
Nabi Suci (saw)
menyapanya dan bertanya: "Keimanan Anda mengagumkan; akankah Anda ceritakan apa yang membuat Anda beriman kepada Tuhan?
"
Wanita itu
menjawab: "Ya Rasul Allah ! Jika saya tidak menggerakkan roda tenun ini agar
berputar, tentu roda itu tidak akan berputar tanpa bantuan saya. Jika hal yang
sederhana seperti ini terjadi pada roda
tenun, bagaimana mungkin bahwa seluruh alam semesta ini dapat beredar tanpa
motor penggerak. Haruslah ada sesuatu Yang Agung yang menjalankannya. Sesuatu
yang mengendalikan setiap zarah. Yang Maha Agung yang hanya Allah, yang adalah
Pencipta dan Penguasa atas segala sesuatu. "
Nabi Suci (saw) sangat senang dengan jawaban wanita
tua itu. Beliau beralih kepada para sahabatnya dan berkata: "Lihat
bagaimana wanita tua ini datang untuk mengetahui tentang Allah melalui suatu
cara yang baik dan sederhana. Keimanan kalian kepada Allah Yang Esa juga harus seteguh dia."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar