“Aku
dilahirkan di London, jantung dunia Barat. Aku
dilahirkan di era televisi dan angkasa luar. Aku dilahirkan di era teknologi
mencapai puncaknya di negara yang terkenal dengan peradabannya, negara Inggris
Raya. Aku tumbuh dalam masyarakat tersebut dan aku belajar di Sekolah Katholik
yang mengajarkanku tentang agama Nashrani sebagai jalan hidup dan kepercayaan.
Dari sini pula aku mengetahui apa yang harus kuketahui tentang Allah, Al-Masih
‘alaihis salam dan taqdir, yang baik maupun yang buruk. Mereka banyak
memberitahuku tentang Allah, sedikit tentang Al-Masih dan lebih sedikit lagi
tentang Ruhul Qudus (Jibril).
Kehidupan di sekelilingku adalah
kehidupan materi. Paham materialis gencar diserukan dari berbagai media
informasi. Mereka mengajarkan, kekayaan adalah kekayaan harta benda yang
sesungguhnya dan kefakiran adalah ketiadaan harta benda secara hakiki. Amerika
adalah contoh negara kaya dan Negara-negara Ketiga adalah contoh kemiskinan,
kelaparan, kebodohan dan kepapaan.
Karena itu, aku harus
memilih dan meniti jalan kekayaan. Supaya aku bisa hidup bahagia. Supaya aku
mendapatkan kenikmatan hidup. Karena itu, aku membangun falsafah hidup bahwa
dunia tidaklah ada kaitannya dengan agama.